Review Jurnal Penelitian dengan Judul “Prevalensi Persistensi Gigi Sulung Dan Maloklusi Pada Anak Usia 6-12 Tahun (The Prevalence of Over-retained Primary Teeth and Malocclusionin 6-12 Years Old” Children)”

Sistematika di bawah adalah sistematika menurut yang di berikan oleh dosen, sebagai kewajiban saya memenuhi tugas mata kuliah Pelaksanaan Kuratif Terbatas IV 

I.              PENDAHULUAN

Persistensi gigi disebabkan oleh tidak adanya benih gigi permanen (Aktan et al., 2012), lambatnya resorpsi akar gigi sulung, gangguan nutrisi,dan posisi abnormal benih gigi permanen yang tidak terletak persis dibawah gigi sulung baik terletak didepan atau dibelakang gigi sulung, sehingga timbul variasi posisi erupsi gigi permanen (Pratiwiet al., 2014).Persistensi gigi dapat menyebabkan maloklusi dan permasalahan orthodontik lainnya yang memerlukan waktu dan biaya cukup besar untuk perbaikannya (Milletdan Welbury, 2010).

Maloklusi yang disebabkan dapat berupa kelainan posisi gigi, hubungannya dengan lengkung gigi, posisi dan pertumbuhan rahang menjadi tidak normal yang mengakibatkan wajah menjadi terlihat tidak harmonis. Penelitian di Bangkalan menunjukan akibat yang paling banyak ditimbulkan oleh persistensi gigi adalah maloklusi sebesar 67,55% (Lestariet al.,2010). Maloklusi dan permasalahan ortodontik yang diakibatkan persistensi gigi akan sangat berpengaruh terhadap pembangunan kepercayaan diri anak, disinilah peran penting orang tua terutama ibu dibutuhkan.

Gigi sulung persistensi merupakan keadaan gigi sulung belum tanggal melebihi waktu yang seharusnya. Definisi lainnya adalah keadaan ketika gigi permanen sudah erupsi sedangkan gigi sulung belum tanggal.Gigi sulung persistensi juga merupakan keadaan gigi sulung yang seharusnya tanggal ketika ¾ akar gigi permanen sudah terbentuk, tetapi gigi sulung tetap bertahan di lengkung rahang.Keadaan akar gigi permanen ini dinilai berdasarkan pemeriksaan penunjang radiologis. Gigi sulung persistensi biasanya terjadi pada periode geligi bercampur.

Persistensi gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi dan mulut dimana gigi sulung yang menjadi panduan tumbuhnya gigi permanen tidak tanggal sesuai waktunya, sedangkan gigi penggantinya telah erupsi (Chelagat, 2008). Masalah kesehatan gigi dan mulutdi Indonesia masih menjadi salah satu permasalahan yang harus diperhatikan. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan persentase masalah gigi dan mulutsebesar57,6 %. Hasil ini meningkat dari hasil Riskesdas tahun 2013 dengan persentase sebesar 25,9%.

Pencabutan gigi merupakan suatu tindakan mengeluarkan gigi dari soket tulang alveolar. Pencabutan gigi paling banyak dilakukan karena karies, selain karies ada penyakit periodontal, supernumerary teeth, gigi impaksi, gigi yang sudah tidak dapat lagi dilakukan perawatan endodontik, gigi yang terlibat kista dan tumor, gigi yang terlibat fraktur rahang. Tindakan pencabutan gigi dapat dilakukan juga pada gigi sehat dengan tujuan memperbaiki maloklusi, untuk alasan estetik, dan juga kepentingan perawatan orthodontik atau prostodontik.

 

II.            IDENTIFIKASI KASUS

Salah satu kasus persistensi yang ada pada jurnal berjudul  Prevalensi Persistensi Gigi Sulung Dan Maloklusi Pada Anak Usia 6-12 Tahun (The Prevalence of Over-retained Primary Teeth and Malocclusionin6-12 Years Old Children)

Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan tehnik observasional. Populasi penelitian adalah murid-murid kelas I, II, III, IV, V, VI dari beberapa sekolah dasar yaitu SDN Dlemer 01, SDN Dlemer 02, SDN Ketetang 01, SDN Ketetang 02 di Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan sebanyak 724.

Membahas tentang prevelensi persistentsi gigi sulung pada anak usia 6-12 tahun.

 

III.           PENATALAKSANAAN

 

Dalam jurnal ini peneliti membahas tentang prevalensi kasus presistensi pada gigi sulung dan malokulsi pada anak usai 6-12 tahun. Metode penelitian penelitian deskriptif dengan teknik observasional. Populasi penelitian adalah murid-murid kelas I, II, III, IV, V, VI dari beberapa sekolah dasar yaitu SDN Dlemer 01, SDN Dlemer 02, SDN Ketetang 01, SDN Ketetang 02 di Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan sebanyak 724.

Adapun kriteria populasi yaitu, berumur 6-12 tahun, tidak dibedakan laki-laki dan perempuan, serta bersedia ikut sebagai subyek penelitian (kooperatif). Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik total sampling.

Variabel terdiri dari Umur, Persistensi gigi, dan maloklusi yang ditimbulkan.

Untuk pengambilan sampel peneliti melakukan pemeriksaan terlebih dahulu memberikan Informed consent kepada responden sebelum dilakukan pemeriksaan di hari berikutnya. Setelah mendapatkan data peneliti baru melakukan pengolahan data.

Peneliti melakukan bebrapa aspek penelitian yang akan dibahas meliputi

1.    Presentase Kejadian persistensi pada gigi bedasarkan umur

2.    Presentase Kejadian persistensi pada rahang atas dan rahang bawah

3.    Presentase bentuk persistensi pada gigi region anterior dan posterior

4.    Presentase maloklusi yang ditimbulkan persistensi gigi

 

IV.          PEMBAHSAN

·         Pengambilan Sampel

Alat yang digunakan adalah masker, sarung tangan, kaca mulut, pinset, sonde, form penelitian dan form Informed consent. Cara kerja.

1.      Pengumpulan siswa yang berumur 6-12 tahun, dilanjutkan dengan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, dan cara kerja penelitian didampingi wali kelas serta pemberian informed consent kepada siswa untuk diisi oleh wali subyek penelitian.

2.      Pengumpulan informed consent, dilanjutkan dengan pencatatan nama, umur pada form penelitian. Kemudian dilakukan pemeriksaan rongga mulut untuk mengetahui adanya persistensi gigi sulung baik di anterior maupun posterior, baik di rahang atas maupun rahang bawah. Selanjutnya dilakukan pencatatan pada form penelitian mengenai elemen gigi sulung yang mengalami persistensi, bentuk persistensi gigi, dan maloklusi yang ditimbulkan.

 

·         Hasil Penelitian

Tabel persentase persistensi menurut umur

Umur (thn)

Jumlah Anak

Anak yang Mengalami

Persistensi

%

6-7

119

25

21%

7-8

140

29

20,71%

8-9

130

24

18,46%

9-10

119

29

24,37%

10-11

118

30

25,42%

11-12

98

14

14,28%

Jumlah

724

151

20,85%

 

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa persentase persistensi menurut umur sebanyak 20,85% dari total populasi mengalami persistensi dan yang paling banyak terjadi pada anak usia 10-11 tahun sebesar 25% dari total keseleuruhan anak seusia tersebut.

 

Tabel presentase kejadian presistensi pada gigi rahang atas dan bawah

Rahang

Elemen 1

Elemen 2

Elemen 3

Elemen 4

Elemen 5

Jumlah

Atas

9 (17,65%)

11 (21,57%)

6 (11,76%)

16 (31,37%)

9 (17,65%)

51 (33,7%)

Bawah

10 (10%)

46(46 %)

4 (4%)

24 (24%)

16 (16%)

100 (66,23%)

Jumlah

19 (12,58%)

57 (37,75%)

10 (6,62%)

40 (26,49%)

25 (16,56%)

151 (100)%

 

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa presentase kejadian persistensi pada rahang atas dan bawah berdasarkan 5 elemen gigi, paling banyak pada rahang bawah dengan persentase 66,23 % sedangkan untuk rahang atas hanya 33,7%.

Tabel persentase bentuk persistensi gigi pada regio anterior dan posterior

Region

Berntuk prersistensi

Jumlah

gigi utuh

Sisa akar

Anterior

65 (79,27%)

17 (20,73%)

82 (54,3%)

Posterior

6 (8,7%)

63 (91,3%)

69 (45,7%)

Jumlah

71(47,02%)

80 (52,98%)

151 (100%)

 

Dari hasil tabel diatas dapat kita lihat bahwa kejadian persistensi paling banyak pada region anterior adalah gigi utuh dengan 65 gigi dan presentase 79,27%. Semntara untuk region posterior kejadian persistensi paling banyak sisa akar dengan 63 buah dengan presentase 91,3%.

Tabel presentase maloklusi yang ditimbulkan persistensi gigi

 

Maloklusi yang Ditimbulkan Persistensi Gigi

Jumlah (Persentase)

Gigitan terbalik anterior

19 (12,56%)

Gigitan terbalik posterior

11 (7,28%)

Gigi permanen pengganti erupsi kearah lingual

62 (41,06%)

Gigi permanen pengganti erupsi kearah bukal/labial

10 (6,62%)

Gigi permanen pengganti erupsi normal dalam lengkung rahang

49 (32,5%)

Jumlah

151 (100%)

 

Pada tabel tersebut dapat kita lihat bahwa Maloklusi yang paling banyak ditimbulkan persistensi gigi adalah gigi permanen pengganti erupsi ke arah lingual gigi sulung yaitu sebesar 41,06%.

 

Secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut, penelitian yang dilakukan peneliti mengambil sebesar 724 anak dengan renta usia 6-12 tahun pada sasaran beberapa siswa-siswi sekolah dasar di kota Dlemer, Bangkalan.

Hasil presentase bentuk persistensi pada gigi dari penelitian yang telah diambil peneliti dapat dilihat hasil untuk region anterior untuk gigi utuh adalah 65 gigi dengan presentase 79,27%, sementara untuk sisa akar ada sebanyak 17 gigi dengan presentase 20,73% dengan keseluruhan jumlah mencapai 83 gigi dengan presentase 54,3%. Untuk region gigi posterior di dapatkan data untuk gigi utuh sebesar 6 gigi dan presentase sebanyak 8,7%, sedangkan untuk akar gigi didapatkan hasil 63 gigi dengan presentase 91,3% sedangkan keseluruhan jumlah adalah 69 gigi dengan presentase 45,7% dari total keseluruhan. Sementara untuk jumlah keseluruhan gigi utuh sebesar 71 gigi dengan presentase 47,02% sedangkan sisa akar sebanyak 80 gigi dengan presentase 52,98%, jumlah keseluruhan ada 151 gigi persistensi.

Untuk presentase maloklusi yang ditimbulkan persistensi gigi Untuk gigitan terbalik anterior sebesar 19 dengan presentase 12,56%, gigitan terbalik posterior sebesar 11 dengan presentase 7,28%, gigitan permanen pengganti erupsi kearah lingual sebesar 62 dengan presentase 41,06%, untuk gigitan permanen pengganti erupsi kearah bukal/labial sebesar 10 dengan presentase 6,62%, sedangkan untuk gigi permanen pengganti erupsi normal lengkung rahang sebesar 49 dengan presentase 32,5%.

 

 

 

 

 

 

 

 

KESIMPULAN

 

·         Persentase persistensi menurut umur sebanyak 20,85% dari total populasi mengalami persistensi dan yang paling banyak terjadi pada anak usia 10-11 tahun sebesar 25% dari total keseleuruhan anak seusia tersebut.

·         presentase kejadian persistensi pada rahang atas dan bawah berdasarkan 5 elemen gigi, paling banyak pada rahang bawah dengan persentase 66,23 % sedangkan untuk rahang atas hanya 33,7%.

·         kejadian persistensi paling banyak pada region anterior adalah gigi utuh dengan 65 gigi dan presentase 79,27%. Semntara untuk region posterior kejadian persistensi paling banyak sisa akar dengan 63 buah dengan presentase 91,3%.

·         Maloklusi yang paling banyak ditimbulkan persistensi gigi adalah gigi permanen pengganti erupsi ke arah lingual gigi sulung yaitu sebesar 41,06%.

 

DATAR PUSTAKA

 

·         Zulaikha Dwi Lestari, Teguh Budi Wibowo. 2010. Prevalensi Persistensi Gigi Sulung Dan Maloklusi Pada Anak Usia 6-12 Tahun (The Prevalence of Over-retained Primary Teeth and Malocclusionin6-12 Years Old Children). Jurnal Kesehatan Gigi. [URL] file:///C:/Users/asus/AppData/Local/Temp/digital_125030-R19-BM-146%20Frekuensi%20distribusi-Literatur.pdf

·         Rilly Sylvester Ngangi, Ni Wayan Mariati.  Gambaran Pencabutan Gigi Di Balai Pengobatan Rumah Sakit Gigi Dan Mulut  Universitas Sam Ratulangi Tahun 2012.

 

 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama